Saturday, 13 December 2025

Review Buku Selimut Debu “Membedah negara Thaliban”

December 13, 2025 0

Review buku Selimut Debu

Siapa yang tidak tahun negara afghanistan, sebuah negara yang cukup terkenal karena perang suburnya dan dengan thaliban sebagai laskar khasnya. Negara ini memang familiar ditelinga banyak orang, tapi tak banyak yang tahu jikalau negara ini pernah menjadi negara suci umat budha sedunia layaknya umat muslim dengan kota mekkahnya.

            Saya benar-benar tidak menyangka banyak insight baru setelah baca buku setebal 400an halaman ini. Perjalanan Agustinus ke negara berselimut debu benar-benar utasan dengan beragam kejutan baru yang perdana saya dengar sebagai contoh, para thaliban mengharamkan makan dengan menggunakan meja dan kursi agak ekstrim kedengaranya.  Syukurnya itu berupa pengalaman dulu jadi dengan sekarang pastinya sudah berbeda Ketika negara ini perlahan mulai berani membuka tirainya.

               Buku selimut debu ini Adalah perjalanan era awal 2000an Dimana batas akses ke negara yang dihujani perang ini cukup terbatas informasi dan internary. Perjalanan Panjang agustinus sang penulis cukup menarik untuk disimak dengan nuansa thaliban yang masih sangat kerasa kala itu, bentuk cerita story tellingnya benar-benar mengalir rapi walau tidak ada daftar isi yang memilah bagian perbab seperti normalnya buku. Minusnya Jumlah gambar yang ditampilkan terhitung sedikit tapi kaya dengan deskripsi sehingga memperluas imajinasi.

            Siapa yang tidak tahu thaliban, sebuah laskar yang berhasil mengusir pasukan uni soviet dengan kekuatan imam dan taqwa. Kemuculannya sempat dijadikan pahlawan sampai berlarut waktu berubah menjadi ketakutan. Nyatanya di awal keberadaan thaliban cukup aktif merekontruksi aturan untuk segala kasus criminal, pemerkosa dan kejathatan berkurang namun berlanjut dengan aturan ketat lain yang membuat ruang gerak Masyarakat umum juga jadi kecil. Music haram, Wanita wajib memakai burqa dan bahkan disembunyikan dirumah.

            Bagi sebagai orang perlakuan ini adalah cara melindungi Wanita walau opsinya dengan mengurung mereka di rumah atau keluar wajib dengan mahram. Namun faktanya kejahatan tetap tidak berhenti Dimana tetap lelaki sebagai pelakunya lagi. Tidak dapat perempuan kali ini lelaki muda yang terlihat mulus menawan jadi incaran.  Ada sebuah adat yang menargetkan anak lelaki muda sebagai pelampiasan tradisii ini terkenal familiar di kalangan Kandahar namun tidak menutup kemungkinan di daerah lain yang merambah sampai ke negara tetangga di Peshawar Pakistan. Namanya bachazbazi tradisi haram ini bahkan enggan diakui walau faktanya bersimbah bocah yang jadi alat permainannya. Kata bachabazi sendiri diambil dari dua kata bacha yang berarti bocah dan bazi bermain sederhanannya bisa dikatakan bermain dengan bocah untuk kesenangan untuk berdansa bahkan sampai tahap segs ada juga yang bahkan punya bocah peliharaan yang versi kita ani ani simpanan untuk kesenangan bedanya ini kasus sejenis. Entah bagaimana berkembang suburnya praktik homo di negara yang dimeriahkan hukum syariat  disini tapi tidak bisa di jadikan alasan karena wanita dikurung karena kasarnya ponny,  seekor orang hutan yang dijadikan psk di kalimatan adalah bukti ada atau tidak adanya Perempuan lelaki yang tidak mengontrol diri bisa seperti babi liar alias semua di trabas.

 Saking larisnya cerita ini bahkan ada yang menyebut jikalau menemukan uang jangan sembarangan membungkuk untuk mengambilnya karena dengan membungkuk dianggap sama saja memberi izin untuk ditrobos lewat belakang. Agustinus sendiri pernah dua kali menceritakan pengalaman yang membuatnya hampir menjadi korban pelecehan oleh lelaki ditambah satu kali berhasil diremes amunisinya oleh lelaki kala pemeriksaan bahkan pada satu cerita lain ia menuturkan “Berbeda dengan di Peshawar yang mana dalam sehari saya bisa mengalami lebih dari sekali pelecehan”  Setingkat laki-lakipun tidak aman posisi.

Review buku Selimut Debu

     Menariknya lagi cerita thaliban bukanlah satu satunya pemeran utama di perjalanan agsutinus ini, Selain tradisi bachabazi, mengulik budaya  Bertani opium sampai senjata rakitan adalah kejutan baru yang baru saya dapatkan langsung di buku ini. Kisah patung budha yang dihancurkan thaliban juga menjadi bagian menarik untuk dilirik. Alur perjalanan biksu yang mencari kitab suci dalam cerita kera sakti kala kecil Adalah bagian yang menjadi histori dari negara ini. Dalam kaidah kepercayaan kera sakti nya hanya pelengkap dari cerita murni sang biksu dari dinasti tang, tiongkok yang benar-benar melakukan perjalanan ke arah barat untuk mencari kitab suci, Saya jadi paham tentang konsep budhisme dari buku ini tentang asal usul lahirnya patung budha yang mulanya berasal dari perpaduan seni kultur Yunani yang berkombinasi dengan konsep ajaran budha, penjelasan dibuat ringkas namun lugas, siapa sangka negara afganista pernah sesakral Mekkah untuk orang yang beragam budha sebelum islam? mulanya budhisme digambarkan sebagai symbol – lingkaran dan chakhra, tapak kaki hingga stupa yang berlanjut berkembang setelah pengaruh budaya Yunani dengan ciri khasnya dewa dan patung saling berkaitan akhirnya munculah patung budha raksasa di negeri Afghanistan.

Negara tetangga selayaknya Pakistan hingga iran juga ikut di mention banyak dalam perjalanan kali ini, walau bukan membidik secara spesifik pada negara iran atau Pakistan namun penampakan negara yang terbuka uluran tangan untuk menolong saudara yang sedang konflik tersemat cukup membantu memahami kondisi politicalnya. Belum lagi cerita tentang raja Amanullah yang sempat mencoba mengsekulerkan negara thaliban dengan mengikuti arah kiblat turki layaknya ratu nya yang melepas kerudung dan aturan lain yang mendukung kearah kebijakan sekuler, namun kisah ini hanya bertahan beberapa tahun saja hingga kudeta dilakukan (1919-1929). Pihak presiden partama M daud juga mencoba memulai program moderanisasi dengan pengurangi penggunaan hijab. Namun tidak ada yang serta merta berhasil.

Membaca buku ini benar- benar kompleks dalam membedah negara yang berselimut debu ini, buku terbitan 2010 tersebut menjadi salah satu buku best sellernya setelah beragama perjalanan mengerikan yang telah dilewatin. Setelah berhasil dituangkan dalam bentuk buku, nyatanya 400 halaman terlihat singkat setelah baca buku ini. Ada banyak sekali intisari menarik yang bisa dijadikan ibrah terlepas dari sisi gelap negara yang kayak history juang ini faktanya negara ini pantang di jajah harga diri yang layak untuk di banggkan walau luluh lantak penampakan

#reviewbuku #selimutdebu #afganistan #thaliban #mujahidin