Review Buku Selimut Debu “Membedah negara Thaliban”
Siapa yang tidak tahun negara afghanistan,
sebuah negara yang cukup terkenal karena perang suburnya dan dengan thaliban
sebagai laskar khasnya. Negara ini memang familiar ditelinga banyak orang, tapi
tak banyak yang tahu jikalau negara ini pernah menjadi negara suci umat budha
sedunia layaknya umat muslim dengan kota mekkahnya.
Saya
benar-benar tidak menyangka banyak insight baru setelah baca buku setebal
400an halaman ini. Perjalanan Agustinus ke negara berselimut debu
benar-benar utasan dengan beragam kejutan baru yang perdana saya dengar sebagai
contoh, para thaliban mengharamkan makan dengan menggunakan meja dan kursi agak
ekstrim kedengaranya. Syukurnya itu berupa
pengalaman dulu jadi dengan sekarang pastinya sudah berbeda Ketika negara ini
perlahan mulai berani membuka tirainya.
Buku selimut debu ini Adalah perjalanan era
awal 2000an Dimana batas akses ke negara yang dihujani perang ini cukup
terbatas informasi dan internary. Perjalanan Panjang agustinus sang penulis
cukup menarik untuk disimak dengan nuansa thaliban yang masih sangat kerasa
kala itu, bentuk cerita story tellingnya benar-benar mengalir rapi walau tidak
ada daftar isi yang memilah bagian perbab seperti normalnya buku. Minusnya
Jumlah gambar yang ditampilkan terhitung sedikit tapi kaya dengan deskripsi
sehingga memperluas imajinasi.
Siapa yang tidak tahu thaliban, sebuah laskar yang berhasil mengusir pasukan uni soviet dengan kekuatan imam dan taqwa. Kemuculannya sempat dijadikan pahlawan sampai berlarut waktu berubah menjadi ketakutan. Nyatanya di awal keberadaan thaliban cukup aktif merekontruksi aturan untuk segala kasus criminal, pemerkosa dan kejathatan berkurang namun berlanjut dengan aturan ketat lain yang membuat ruang gerak Masyarakat umum juga jadi kecil. Music haram, Wanita wajib memakai burqa dan bahkan disembunyikan dirumah.
Bagi sebagai orang
perlakuan ini adalah cara melindungi Wanita walau opsinya dengan mengurung
mereka di rumah atau keluar wajib dengan mahram. Namun faktanya kejahatan tetap
tidak berhenti Dimana tetap lelaki sebagai pelakunya lagi. Tidak dapat
perempuan kali ini lelaki muda yang terlihat mulus menawan jadi incaran. Ada sebuah adat yang menargetkan anak lelaki
muda sebagai pelampiasan tradisii ini terkenal familiar di kalangan Kandahar
namun tidak menutup kemungkinan di daerah lain yang merambah sampai ke negara
tetangga di Peshawar Pakistan. Namanya bachazbazi tradisi haram ini bahkan
enggan diakui walau faktanya bersimbah bocah yang jadi alat permainannya. Kata bachabazi
sendiri diambil dari dua kata bacha yang berarti bocah dan bazi
bermain sederhanannya bisa dikatakan bermain dengan bocah untuk kesenangan
untuk berdansa bahkan sampai tahap segs ada juga yang bahkan punya bocah
peliharaan yang versi kita ani ani simpanan untuk kesenangan bedanya ini kasus
sejenis. Entah bagaimana berkembang suburnya praktik homo di negara yang
dimeriahkan hukum syariat disini tapi
tidak bisa di jadikan alasan karena wanita dikurung karena kasarnya ponny,
seekor orang hutan yang dijadikan psk di
kalimatan adalah bukti ada atau tidak adanya Perempuan lelaki yang tidak
mengontrol diri bisa seperti babi liar alias semua di trabas.
Saking larisnya cerita ini bahkan ada yang menyebut jikalau menemukan uang jangan sembarangan membungkuk untuk mengambilnya karena dengan membungkuk dianggap sama saja memberi izin untuk ditrobos lewat belakang. Agustinus sendiri pernah dua kali menceritakan pengalaman yang membuatnya hampir menjadi korban pelecehan oleh lelaki ditambah satu kali berhasil diremes amunisinya oleh lelaki kala pemeriksaan bahkan pada satu cerita lain ia menuturkan “Berbeda dengan di Peshawar yang mana dalam sehari saya bisa mengalami lebih dari sekali pelecehan” Setingkat laki-lakipun tidak aman posisi.
Negara
tetangga selayaknya Pakistan hingga iran juga ikut di mention banyak dalam
perjalanan kali ini, walau bukan membidik secara spesifik pada negara iran atau
Pakistan namun penampakan negara yang terbuka uluran tangan untuk menolong
saudara yang sedang konflik tersemat cukup membantu memahami kondisi
politicalnya. Belum lagi cerita tentang raja Amanullah yang sempat mencoba
mengsekulerkan negara thaliban dengan mengikuti arah kiblat turki layaknya ratu
nya yang melepas kerudung dan aturan lain yang mendukung kearah kebijakan
sekuler, namun kisah ini hanya bertahan beberapa tahun saja hingga kudeta
dilakukan (1919-1929). Pihak presiden partama M daud juga mencoba memulai
program moderanisasi dengan pengurangi penggunaan hijab. Namun tidak ada yang
serta merta berhasil.
Membaca buku
ini benar- benar kompleks dalam membedah negara yang berselimut debu ini, buku
terbitan 2010 tersebut menjadi salah satu buku best sellernya setelah beragama
perjalanan mengerikan yang telah dilewatin. Setelah berhasil dituangkan dalam
bentuk buku, nyatanya 400 halaman terlihat singkat setelah baca buku ini. Ada
banyak sekali intisari menarik yang bisa dijadikan ibrah terlepas dari sisi
gelap negara yang kayak history juang ini faktanya negara ini pantang di jajah
harga diri yang layak untuk di banggkan walau luluh lantak penampakan
#reviewbuku #selimutdebu #afganistan #thaliban #mujahidin




