Kemana empati media kala ada orang mati…
Inia lutarfus
February 26, 2020
27
Judulnya terlihat kasar, karena memang sejujurnya ini berupa ungkapan kemarahan saya kepada para media yang tak pernah sadar. Ya demi adsense hingga gaji kalian berani menjual rasa sedih orang yang mampu mendobrak tingkat respon hingga ranting. Katakanlah demikian Selain saya menyebutnya dengan istilah pengemis empati!
Kabar duka sepekan yang lalu cukup membuat kesedihan yang mendalam terutama karena sosok yang tak diduga. Dan untuk taraf seorang yang cukup popular maka peluang berita seperti ini langsung menjadi trending topik disegala media. Tagar pun bermunculan, tanpa perlu saya sebutkan. Namun yang menjadi puncak kekesalan saya ialah sikap media yang terlihat sangat jahat kepada para korban yang sedang berduka. Lihatlah beranda anda sampai hari ini masih dipenuhi dengan photo duka seorang anak menangis meraung raung dengan ditemani tatapan kosong dari sang istri yang ditinggal pergi sang suami. Sungguh sangat memprihatinkan terutama dengan segala kenangan yang selalu diputar berulang ulang untuk mengenang sang almarhum. Duh i hate it. kadang juga melihat media seakan bertanya kepada korban yang sedang ditimpa musibah... " Bagaimana perasaan anda? Ya tuhan ingin rasanya kutempeleng.
Pernah Mikir gak? Kenapa seorang akan menjadi sangat berarti ketika sudah tidak ada lagi,… ya mungkin bahasa paling mudahnya ingin mengenang, tapi pernahkah kita berpikir jikalau dengan video atau sejarah yang berkaitan dengan almarhum diputar berulang akan membuat sang keluarga yang ditinggalkan semakin sulit mengikhlaskannya. Semisal faktor yang kita lihat sang almarhum orang yang sangat baik. penyayang binatang, donatur tetap. well ini bukan berkisah tetap kelebihan. jujur ini suatu yang cukup tak terduga juga bagi saya jikalau beliau penyayang hewan, Tapi yang menjadi tanda tanya saya ialah : "bagaiamana kesulitan keluarga dalam melupakan almarhum disaat yang bersamaan media selalu membuka memori lama secara terus menerus / Up. bagi saya itu berita tapi bagi media itu pemasukan tanpa mikir terhadap keluarga yang ditinggalkan itu adalah sebuah luka, Belum lagi Iklan ponds yag menceritakan pertemuan mereka, kita tidak sedang melupakan sang almarhum tapi lebih tepatnya mencoba mengikhlaskan kepergianya itu. well saya benci para penjual seperti ini.
Dan yang cukup heran selalu kita akan tahu kondisi seorang itu ketika beliau sudah meninggal. Saya sangat ingat pertama kali mengenang The king of pop Michael Jackson kala ia meninggal, sebulan lebih semua media membahasnya baik cerita, lagunya yang terus diputar berulang-ulang hingga segala skandalnya. Bagaiamana ia hingga keluarga yang ditingalkan mendapatkan rasa tenang? saya tidak melarang media dalam bekerja sesuai tugasnya tapi saya berharap media bisa bertidak sesuai SOP yang seharusnya. Ya semisal raut kesedihan itu. “ Saya turut berduka tapi saya sangt benci ketika orang memanfaatkan sebuah kesempatan dari seorang yang sedang terluka”