Bagi saya gambar ini bukan sekedar cerita tapi bukti keberhasilan toleransi di daerah saya sebut saja Peunayong, kota ragam budaya. Tempat ini disebut juga sebagai jalur pertama kedatangan para etnis tionghoa ke Aceh dengan maksud berdagang yaitu pada abad ke-13 dan menariknya menurut cerita terdahulu kata peunayong sendiri bermakna gabungan kata dari bahasa Aceh dan Cina yang kala itu di salah pahami, memang keragaman bukan sekedar terlihat dari etnis, agama dan budaya tapi bahasa pun telah di wakilkan pada nama tempat tersebut. Hal ini seharusnya cukup bisa mematahkan stigma orang-orang yang melihat Aceh sebagai tempat yang rawan atau intoleran karena bagi saya sifat intoleran itu karakter personal atau sekelompok oknum sehingga saya tidak setuju jikalau sebuah daerah yang menanggung nya. Nyatanya toleransi diAceh telah lahir berabad-abad yang lalu bahkan sebelum media hari ini mengkampanyekannya. Cakra donya adalah salah satu bukti keberhasilan hubungan yang dibangun antara kerajaan aceh dgn china kala itu. Toleransi telah lahir dari dulu, namun selalu ada keladi yang memperkeruh kondisi selayaknya minyak di antara lilin yang terang.Kata Aceh sendiri dipercaya sebagai gabungan dari keragaman orang Aceh yaitu Arab China Eropa dan Hindia karena faktor lokasi Aceh yang cukup strategis. Jika ingin melihat orang yang berperawakan Eropa maka mampirlah ke Lamno dan jika ingin melihat masyarakat Cina mampirlah ke Peunyong. Terlepas dari perbedaan agama Suku dan bahasa dalam mayoritas bingkai Syariah, kami menjaga dan menghargai perbedaan. mereka mendapat hak dan perlakuan sama. Saya percaya sifat toleran ada diantara kita semua karena nenek moyang kita adalah bangsa yg bijak, yg perlu kita lakukan ialah merawatnya. karena Merawat toleransi ibarat menjaga Masa depan negeri. Aceh damai sabee.