Tuesday 29 October 2019

Ketika Alam boleh bersabda

October 29, 2019 0

Dahulu…
Aku adalah tempat dari ragam hunian
Para makhluk hidup secara berdampingan
Walau singa dan rusa saling berkejaran
Dahulu aku adalah tempat yang aman
Damai dan tentram dari keributan
Hijau dan permai dari kerusakan
Tapi kini…
Langkah kakimu muncul
Sungguh itu terlihat tak ramah
Kedatanganmu melahirkan gundah
Dan ternyata engkau memang berlaku salah
Kau sebut kesenangan sebagai pembangunan
Kau buat kekacauan dan usik ketenangan
Engkau adalah dalang
Dari segala bentuk kebrutalan..
Kau hempaskan benda tajam tuk menggrogotiku
Lemparkan segala limbah tuk meracuniku
Engkau penyebab kehancuranku
Hunian tak lagi aman
Atas kelakuan kalian yang brandalan
Tuhan…Bolehkah ku membalas… ?
Meluapkan amarahkupada makhluk tak berbelas itu

18 September 2019

Friday 25 October 2019

Review Sinopsis Film Gold : Harga mahal untuk sebuah Kemenangan

October 25, 2019 2


“Kau tidak belajar sejarah, kapanpun kita berselisih orang luar mengalahkan kita.” Kutipan dari manager hoki yang diperankan oleh Akshay Kumar menjadi salah salah satu scene favorit saya kala geram dengan perselisihan yang terjadi antara para peserta hoki. Film ini cukup membuat emosi saya teraduk dengan sikap keras kepala tim dan wakil, hingga manager dadakan Chubby dengan segala tingkah gemesnya, iya sampai di juluki kodok inggris karena menunjukan sikap apatis pada tim sendiri, (gemes jadi pengen cubit jantungnya :D



Film dengan genre olahrga dan sejarahnya ini memberikan gambaran tentang bagaimana perjuangan Tim Hoki dari India yang berlaga di Ajang Olimpiade dengan status negara yang baru merdeka. hingga dengan segala konflik internal yang masih terjadi. Salah satunya kala konflik dua bangsa yang melalui dua agama melahirkan banyaknya islamphoia / kericuhan di india kala itu, dan memaksa para tim pecah. karena mulanya para peserta dari lintas agama. pokoknya banyak banget tantangan Badas  / manager : ( Akshay Kumar) dalam memperjuangkan tim hoki ini, ia harus sabar melawan sikap "Kodok Inggris" yang sempat, menfitnahnya, hingga persilisihan tim yang berulang kali membuat kacau kondisi. Intinya harga sebuah kemenangan itu mahal ya...


Disegi perlombaan, ini bukan sekedar ajang persaingan dalam merebutkan emas, tapi juga salah satu kesempatan india dalam memperkenalkan bangsa kembali dengan perspektif yang baru yaitu mengangkat derajat dan martabat negara. secara mulanya, 20 tahun sebelumnya mereka berjuang atas nama India inggris karena kala itu berstatus negara dijajah bukan sebagai negara merdeka (India) Jadi bisa dikatakan sebagai ajang untuk unjuk diri setelah 3 kali menang sebagai Tim India Inggris adalah usaha india, dan juga gak mau berjuang dibawa jajahan untuk negara orang. maunya menang dengan status negara sendiri gitu.  (Simple nya, mereka ingin menunjukan jikalau, tiga kali menang disaat berstatus India Inggris dulu adalah perjuangan india bukan karena Inggris dan ingin membuktikan mereka bisa menang lagi untuk India, bukan india Inggris. Gituhh) 



Menariknya film ini menjadi film India pertama yang diputar di Arab Saudi.secara kita tahu bioskop baru ada di sana kan, dan menjadi sebuah film terlaris tahun 2018 dengan pendapatan 1,4 M Rupee. Memang film ini keren banget bisa memunculkan sikap patriotism penonton walau saya bukan orang india alurnya dibuat sedramatis mungkin sehingga kita dengan mudah terlarut dalam film yang berdurasi 150 Menit ini.



#reviewfilm #movie #rekomendasifilm #sejarah #histori #Sinopsis

Wednesday 9 October 2019

Ceklish Target no 15 melalui kegiatan Jelajah Toleransi

October 09, 2019 4

“Saya percaya, kelak akan memiliki segala yang saya Usahakan dan saya Doakan di Hari ini.” Dan akhirnya,  satu persatu doa yang saya tulis  terceklish juga. So, Perjuangkan apa yang engkau mimpikan, karena sesungguhnya engkau juga punya hak  mendapatknya. Semangat!!

Setelah sekian lama mengendap dari layar leptop, akhirnya saya “kembali” dengan cerita perjuangan saya dalam menceklish mimpi saya ke 15. Yaitu Go Nasional waktu kuliah yang berhasil saya lalui melalui Program Jelajah Toleransi yang di selenggarakan oleh @toleransi.id dengan dukungan dari Indika Foudation, United Develepment Program (UNDP) Indonesia dan Uni Eropa. Kegiatan ini berupa jalan-jalan seru ke berbagai penjuru Indonesia untuk merasakan Jelajah toleransi secara langsung hingga belajar membuat konten berbasis Visual. Alhamdulillah banget karena kesempatan Go nasional waktu kuliah paling berkesan, efek nya “dapat.” bingits. Bayangkan terakhir nangis karena perpisahan adalah tamat SMA (Maklum anak boardhing school tiga tahun) tapi kala ikut beberapa lomba yang juga mengharuskan nginap selama seminggu lebih gak sampai nangis, atau setingkat tinggal asrama kampus selama tiga bulan juga gak se emosional gini apalagi kegiatan yang mengadakan jerit malah dengan dalih agar mental kuat ( halah bacot) Saya juga gak bisa nangis diteriaki. Sumpah tapi ini beda banget, pecah tangisan ane mah, imbarat kalau cewek hobi make up luntur maskaranya alias kembali ke pabrik semula wkwkw. Intinya bersyukur banget apalagi setelah mendengar cerita teman-teman yang dulu juga ikut kegiatan yang hampir serupa, di tempat yang sama tapi tidak se mewek ini efeknya.

Nah sedikit cerita ni ya, ( padahal memang lagi sesi curhat ) Kala SMA saya pernah membuat list terhadap Impian saya kelak,  10 tahun kedepan. Dan ternyata secara tak sadar satu persatu target itu mulai terceklish, Alhamdulillah banget jadi makin semangat. Dulu terinpirasi sama Video Danang pembuat jejak apalagi banyak kesamaan antara saya dan dia hiyahiya, tapi masih rahasia kesamaannya, Kalau sudah keluar negeri baru bisa bocorin kesamaannya apa ckckc. Intinya pengen ke tingkat nasional lewat kegiatan apapun. Dulu sempat ikut XL feature Leader tapi setengah jalan macet internet di saat sesi soal Gmat alhasil jadi mager lewat jalur ini. Terus berharap bisa nasional melalui kegiatan Zetizen tapi malah gak bisa edit video (efek malam deadline) padahal tinggal seleksi 5 besar ke nasionalnya. Dan kala ke kesempatan ke tiga akhirnya bisa nasional melalui kegiatan jelajah toleransi, gak nyangka untuk orang yang males ikut lomba kala kuliah bisa kesampaian juga ceklish targetnya, (biasanya lebih ke berburu seminar untuk sertifkat syarat sidang sih, wkwkwk) intinya kalau rezeki gak kemana,  Alhamdulillah usaha tidak pernah menghianati hasil.  
Semoga tersemogakan segala yang dituliskan ini. Amiin...

Kegiatan yang berlangsung selama 10 hari ini, dibagi menjadi kedua lokasi pertama di lokasi wisma kinasih untuk materi jurnalistik  yang berlanjut ditempatkan  lokasi jelajah toleransinya. Jadi ada lima lokasi yang berbeda kala jelajah toleransinya, Ambon, Wonosobo, Palu Batu dan Pangandaran.  dengan jumlah peserta 50 orang, kami di bagi menjadi 10 kelompok. Dan taraaa…  saya mendapat penempatan ke Wonosobo, sebuah tempat yang hampir tidak ada bayangan dari saya terutama melihat kondisi teman-teman yang belum saya kenal, tentu sempat membuat saya bingung, tapi tetap saya husnuzon terhadap takdir saya  pasti bertujuan baik.  Intinya bisa jalan-jalan gratis saja udah senang.

 Sebelum sesi jelajah dimulai kami belajar banyak hal kala di Wisma, mulai dari mindfulness, adaptasi budaya hingga game kekompakan, kreatifitas dan pastinya yang menarik yaitu Guardian Angel dengan Box Love eaaaaa. Merasa ada pengagum rahasia uhuk uhuk walau sudah tahu orang sekamar ckckc. Intinya have fun banget deh, belum lagi sesi yang bikin mewek-mewek. Berjumpa dengan orang yang open minded banget, bahagia kali bisa sharing banyak hal. Apalagi kalau sudah nyaman.  Uuu cayang.


Dan Kala perjalanan penempatan di wonosobo cukup membuat culture shok. Dinginnya air membuat saya pribadi jadi mager ke kamar mandi, Air nya dingin banget sumpah untuk setingkat lantai saja harus pakek kaus kaki, gimana mau mandi coba. Ets tapi tenang kami tetap mandi walau versi air panas sebagai peleburnya wkwkwk. Oya Kedatangan kami disambut hangat oleh masyarakat sekitar,dengan sekolompok anak kecil datang bersorak girang melihat kami, kala itu ketakutan akan culture shock mampu hilang seketika karena Keramahan masyarakat yang  langsung membuat saya nyaman dengan lokasi tersebut, dari sini saya langsung memahami kenapa wonosobo di pilih menjadi salah satu target penjelajahan, dan faktanya memang mereka sangat terbuka menerima tamu yang datang. Toleransi sudah terlihat dari pintu pembuka percakapan kami.  Mereka tidak sekedar melempar senyum ramah tapi juga sangat mengapresiasi kedatangan kami, sambutan hangat datang bersamaan dengan mas Pleci yang menjadi “Google” versi wonoso kala itu. Yeaay
Dilain pihak ada perasaan yang sangat gembira ketika sadar masyarakat sekitar sangat peduli terhadap lingkungan sekitar, tak sekedar terlihat indah karena taburan bunga yang beragam di semua rumah. Tapi juga segala upaya yang telah di ciptakan oleh masyarakat sekitar untuk melahirkan kesadaran kepada setiap pendatang agar ikut peduli terhadap lingkungan, Contoh tulisan yang menghiasi beberapa pot dengan yang membuat seakan setiap tumbuhan berbicara, ”Biarkan saya hidup”  I clean the air your breathed, I can do that for you children too. So Let me live. Bagi saya upaya tersebut cukup berkesan karena untuk masyarakat pendesaan yang sering di labelkan dengan pendidikan biasa tapi mempunyai karakter yang luar biasa. Bahkan untuk tingkat di perkotaan pun jarang ditemukan upaya seperti ini. Desa yang bersih yang cukup membuat saya betah berlama- lama disini sekalipun untuk akses internet terbilang sulit.
Lima hari kami habiskan waktu untuk menjelajahi keberagam di berbagai tempat dengan tingkat toleransi yang cukup  tinggi, kami berkesempatan pergi ke Sekolah luar biasa yang mana para siswa di dominasi oleh muslim 80% nya dan pada kondisi pengajar yaitu sebaliknya, “suster.” dan menariknya para anak anak sangat atusias kedatangan kami, sampai minta biodata lagi hiks hisk jadi pengen punya adik cewek deh.  Kami juga berkesempatan ke desa Gyanti yang dikenal dengan desa sadar kerukunan, pada kawasannya kita akan menemukan gereja dengan jarak kurang lebih 200 meter dari masjid, ada juga pasar pasar Ting Njati yang cukup unik. museum, candi dan masih banyak tempat lain yang cukup panjang untuk saya ceritakan post ini, tapi tenang akan ada post lanjutan per tempat kujungan hehe. karena terbilang banyak lokasi yang kami kunjungi. intinya konten ckkcck 
Perjalanan lima hari ke wonosobo adalah pengalaman terbaik saya kala ini, berjumpa dengan ragam orang, dari berbeda latar, budaya membuat saya merasa layaknya butiran debu. Punya teman baru asli wonosobo yang cukup gemesin dengan tingkah nya membuat saya tidak bisa melupakan tempat yang cukup dingin ini.
Belum lagi sesi perjalanan mendaki yang bikin gemetar buat nulis (serius dingin banget masih kebayang sampai sekarang) untungnya saya cukup kebal sehingga tidak mimisan layaknya ibu dalam perjalanan saya Risfa. Tapi kadang jadi mikir saya bisa gak ya keluar negeri yang kadang suhunya sampai minus??. HADEUH. intinya sangat berkesan ketika berhasil sampai ke puncaknya yang kece badai. gak nyangka ternyata berhasil juga melihat sunrise dari puncak Bukit Sikunir.




Well Lima hari yang berkesan berlanjut kembali ke Wisma untuk lanjut project visualnya. Kala terakhir Hmm saya gk mau cerita isinya mewek semua cuma mau ngucapain makasih buat teman-teman atas perjalanan yang berkesannya. Tetap menyampaikan pesan damai ya… Kapten ingat, kita pernah jelajah bareng terima kasih atas surat, doa dan harapanya, semoga kita bisa berjumpa lagi di lain kesempatan. Sayang kalian banyak-banyak. Ceklish target 15



Well pertama rada bingung sama orang asing ini, tapi sekarang jadi rindu sama keluarga yang beda ibu ini,  sumber : mamat


#kaptentoleransi #merawattoleransi #jelajahtoleransi #storikaptentoleransi