Friday, 16 November 2018

Suka duka menjadi anak komunikasi Ala Inia

November 16, 2018 1


   Hallo Readers, Hari ini saya ingin sedikit berbagi suka duka menjadi anak komunikasi yang mulai saya rasakan menjelang semester  tua.  Yups  kata orang kita akan merasa suka dukanya ketika kita telah menelan banyak semester pada jurusan itu. Actually saya merasakannya, bagaimana suka duka menjadi anak komunikasi khususnya komunikasi penyiaran islam (Baca : Kpi ), yang notabennya kalau lulus jadi Dai hmm hmm hmm. Mungkin kalian juga belum pernah dengan jurusan ini kalau saya tidak menyebut kata komunikasi. Tapi memang realita berkata demikian, faktanya anak Uin yang notaben jurusan kampus IAIN aja belum tentu tahu apa itu KPI ( Mohon bersabar ini ujian)

    Well kalau kalian belum tahu , Jurusan KPI itu adalah jurusan  komunikasi versi universitas islam, jadi kalau di kampus umum disebut jurusan komunikasi sedangkan kampus islam disebut KPI, lantas bedanya dimana ? ya itutu bagian agamanya yang menjadi plus selebihnya sama kok, kalau ada tambahan lain bagian penyiarannya. Ya pasti kita belajar komunikasi modern teori laswell juga sama seperti anak komunikasi umumnya.

    Sejenak saya berpikir, menjadi mahasiswa komunikasi bukanlah target saya, bahkan sedikitpun tidak terlintas dalam benak kala berakhir menjadi anak komunikasi lantas ini terjadi begitu saja, apakah ini takdir?  Lebih tepatnya demikian. Semua itu bermula karena faktor tidak mendapat restu dari orang tua keluar daerah dan berimbas di Kampus di Aceh tidak ada jurusan Hi (Hubungan international) Akhirnya saya malah nyasar ke Ekonomi karena merasa buntu ditambah rayuam kakak ke Jurusan Ekp yang notabennya  paling Wah untuk jurusan Sosial di kampus daerah saya. Akhirnya saya memilih itu dan lulus. Tapi ujian pun kembali berlanjut, Saya yang terbilang slow sangat dalam hitungan akhirnya menyadari ternyata salah jurusan katakanlah demikian, hal ini cukup menampar saya dari zona nyaman, merasa layakknya SMA yang berpacu dengan Hitungan dan itu membuat saya tak tahan. Satu tahun hilang percuma berlanjut dengan Tes SBMPTN lagi dan akhirnya Lahir lagi sebagai Maba di Kampus seberang dengan Jurusan KPI.  Dengan Harapan kalau gak jadi Atase jadi penulis lah. Dan kini setelah saya pikir , ternyata jadi penulis gak perlu harus jurusan Komunikasi deh, haduh intinya takdir. Hihi mau nyesel tapi percuma. Lantas kala menjadi Anak KPI apakah anak penyesalan lagi? Sepertinya menyesal Kosakata yang cukup ramah dalam lingkungan saya, Tapi saya membuang stigma tersebut untuk bisa bertahan hingga akhir. Ingat!! “Kamu bisa berpikir positif selayaknya kamu berpikir negatif” saya selalu memegang qoutes tersebut untuk bisa bertahan setelah lima semester berlalu. Dan hal tersebut selalu menjadi “kartu As” saya kala lelah, terjatuh dan tak bisa bangkit lagi (udah kayak lagu aja dah). nyatanya semua ada plus minusnya, jadi tergantung kita ingin condong kemana.

Dan  yang membuat saya bertahan di Jurusan ini setelah lima semester berjalan. Adalah usia, dan juga kesempatan yang saya dapatkan. Hmm  Kasian uang gonta ganti jurusan ingat emak babe dirumah masih nanggung belum kerja hiks hiks. Tentu saja banyak  suka duka telah saya lewati hari ini. Namun selayakanya hukum psikolog, saya akan menjatuhkan sebelum menaikan lagi, alhasil saya akan berbagi Duka dan berlanjut Suka nya menjadi anak Komunikasi ala Inia.

Adapun DUKA Menjadi Anak Komunikasi ialah


  • ·         Sering berkotak katik dengan tugas menulis.              
Mungkin sempat mikir namanya juga mahasiswa yang banyak nulis lah, tapi perbedaanya cukup terasa kala saya berstatus mahasiwa ekonomi, persentasi buat makalah yang sama aja, tapi kala berbicara jurnalistik, hoho tidak semudah itu marimar. Sekarang saya sedang semester lima dan setiap minggu harus mengumpulkan opini, artikel hingga feature karena ada Mata kuliah menulis dan mengedit, belum lagi cari bahannya yang terbilang sulit, harus survey ketempat hubungi narasumber hingga berlanjut tahap eksekusi dengan tulisan baik dari EYD hingga gaya penulisan yang terbilang kacau. Dua kali di hantam kacau dah. Itupun belum tentu bisa dipublish. Kudu kuat

  • ·         Dituntut untuk bisa berbicara di depan.
Sama halnya persentasi dituntut berbicara didepan, TAPI, hmm kondisi disini terasa berbeda, karena ada mata kuliah yang secara khusus mengajari kita berbicara mulai dari Publik speaking hingga retorika (seni berbicara layaknya pidato) kalian juga akan mendapati Mata kuliah MC dan keprotokolan, jadi kalau kalian berpikir masuk Ke Komunikasi berharap hanya untuk bisa nulis maka salah besar, karena Mk disini seimbang antara menulis dan berbicara. Belum lagi praktek jadi penyiar berita. Aduh udah saya ngomong ngelogat didepan kamera lagi direkam (kalau keingat suka ketawa suram sendiri. )

  • ·         Berkutat banyak dengan media.
Nah sebagaimana kita tahu jurusan ini memaksa kita untuk selalu up to date, jadi nya segala teknologi dituntut untuk bisa kita kuasai banyak hal, baik dari desain grafis, animasi, media 3D hingga siaran radio dan Tv. Dan itu sangat menyebalkan bagi saya.   Belum lagi tugas membuat video, pertama saya tidak suka tampil didepan kamera dan kedua saya tidak bisa edit atau paham cara pengambilan gambar yang baik, jadi dua kali mata kuliah yang menuntut saya untuk membuat video entah feature atau jenis bebas, dan keduanya membuat saya stres pertama karena saya tidak paham edit video dan kedua saya harus bergantung ke orang dan serius bergantung ke orang itu sangat menyebalkan, tapi apa daya kita yang awam jadi begini nunggu dia bilang atuh.


Dan selanjutnya Suka Menjadi Anak komunikasi


  • ·         Tulisan kalian jadi lebih Baik
Sebaliknya dari persoalan menulis, untuk kalian yang suka menulis maka jurusan komunikasi adalah salah satu wadah yang cukup membantu karena faktor kalian selalu belajar menulis dan juga penghubung dengan media cetak jadi lebih mudah, dilain pihak, dengan menulis akan membantu kalian lebih mudah dalam penyusunan Skripsi kelak karena kalian belajar menulis yang baik lebih awal dari jurusan lain. Belum lagi semisal dosen memberi tantangan untuk tugas dimuatkan di media, akan kerasa menariknya jika sampai dimuat. Bahagia gimana gitu

  • ·         Bisa berbicara didepan umum
Untuk orang yang pendiam mungkin akan terasa tersiksa pada persoalan ini tapi memang faktanya ini akan membantu kalian dalam menata bahasa, kalian juga akan mendapat Nilai Plus pada Cv ketika ingin mengikuti recruitment penyiar Radio karena faktor kalian sudah melewati masa itu, biasanya kala mata kuliah ini kalian akan study tour ke tempat penyiaran hinga stasiun Tv jadi cukup mempermudah memahaminya, kalau kalian berbakat link dari dosen ke media akan sangat bermanfaat.

  • ·         Banyak Jalan-jalan
Yuhuu the most i love. Ini merupakan salah satu hobi yang bisa terealisasi dari kuliah. Jurusan komunikasi sangat menuntun kita untuk jalan-jalan entah efek tugas liputan hingga tugas praktek ke lapangan selayaknya praktek photografi yang menuntut tempat yang kece, atau tugas video yang meminta tentang objek tertentu hingga sejenis study tour ke stasiun Tv dan percetakan untuk melihat prosesnnya. Dan itu sangat menarik.

  • ·         Lebih uptade dan kritis dalam menalah info dari media
Nah ini yang paling penting, ketika menjadi anak komunikasi kita selalu dimita untuk update info terbaru dan juga dituntut untuk cek ricek segala info, karena era sekarang Hoax semudah berkata hey tayo maka jangan heran kita bisa dengan mudahnya menerima berita hoax. Dilain pihak Kita juga Lebih paham bagaimana kinerja media dalam  pendidikan, ekonomi hingga industri politk (ini demen amat deh) Manfaat media yang disalah gunakan. Hingga dampak Netizen dari penyalahgunaaan media. pokoknya sangat bermanfaat untuk kondisi ini terutama karena kita pada era yang tidak jauh dengan teknologi modern yang mana media sebagai salah satu makanan siap saji kita hari ini.

Dan tanpa sadar tiga halaman telah berlalu hanya untuk untuk menyampaikan dua point tersebut . Suka dan Duka menjadi anak komunikasi. Jadi cukup disini semoga dilain waktu mendapat kesempatan untuk bercerita lagi.








Thursday, 1 November 2018

Refleksi Dibalik kokohnya “Bangkai Penguasa Lautan”

November 01, 2018 4
    
Tsunami 2004 cukup menghancurkan segalanya. Troma  berkepanjangan, hingga korban yang tak terkira cukup menyita mata dunia. Tak sedikit terluka fisik, dan tak kalah banding yang terluka psikis. Kala itu rumah rata dipukul air dengan meninggalkan bekas yang tidak terkira. Anak menjadi yatim istri menjadi janda bahkan tak sedikit yang yang hilang tanpa kabar hingga kini, entah masih hidup atau meninggal tanpa sempat ditemukan lagi. Kala itu hari sangat  duka, Yang mana menghasilkanya korban yang tak terduga. Betapa nyawa layaknya buih hilang begitu saja.                   
            14 Tahun telah berlalu. Namun cerita duka dan troma masih membekas untuk Rakyat Aceh, khususnya yang berlokasi dikawasan pinggiran laut, salah satu tempat dengan lokasi terparah adalah Lampulo, tempat ini bahkan menjadi salah satu situs bersejarah selain kapal Apung. Hal  tersebut karena faktor gelombang tsunami yang menyeret sebuah perahu sejauh satu km hingga berada tepat diatas salah satu  rumah warga hingga kini.
        Desa Lampulo adalah lokasi situs bersejarah ini berada. Tempat ini bahkan menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungin oleh turis, baik dari luar kota hingga luar daerah. Menurut Widya selaku penjual dan juga bagian informasi, kedatangan turis tidak bisa diprediksi juga kebiasaan mereka datang dalam bentuk rumbongan tour. Dan Menariknya, ketika kita mendatangi tempat ini kita bisa langsung bertemu dengan beberapa korban yang selamat dari tempat ini, salah satunya Bu Yani, kita bisa menanyakan langsung kepada mereka dan bahkan ada beberapa dari mereka juga menulis buku tentang kisah kelam Tsunami dulu. Mulai dari yang tersangkut dipohon Kelapa hingga yang terselamat didalam perahu, semua buku tersebut dijual dilokasi dan juga di kapal apung. 

            Saat ini  Bangkai penguasa lautan tersebut telah menjadi ikon bagi daerah tersebut, nyatanya kala tsunami perahu ini berhasil menyelamatkan 59 orang, bahkan salah satu nya adalah nelayan yang masih tertidur didalam perahu tanpa sadar, beberapa saksi mata juga melihat buaya dengan ukuran sedang kala air kembali surut dari atas perahu. Banyak hal membuat kita merenung ketika mendengar cerita langsung dari korban. Memang tempat ini cukup menarik untuk menjadi wisata rohani. Disana juga kita bisa mendapatkan banyak hal mulai dari photo yang dijual, dan yang terpampang secara gratis seperti gambaran photo kala tsunami yang mana hanya menyisahkan satu rumah yang masih berbentuk. Kita juga bisa melihat nama para korban di rumah yang disulap menjadi museum kini. Selain menjual buku dan photo, disana juga tersedia  jajanan hingga  aksesoris khas aceh yang dijual dengan harga dan variasi model.
            Setelah Tsunami daerah Lampulo cukup terkenal terutama lokasi tersebut, akhirnya banyak yang memulai usaha untuk menambah pemasukan dari kedatangan para turis, seperti Bu yani, yang mulanya Ibu Rumah Tangga akhirnya membuka usaha sampingan. Bagaimanapun hidup terus berjalan jadi kita harus tetap melihat kedepan. Begitulah seharusnya. Tempat ini cukup menjadi sarana muhasabah untuk meningkatkan ketakwaan dan kesadaran bahwa dunia hanya sementara.
            Ketika mendengar Gempa dan Tsunami di Palu, maka langsung terlintas dibenak kita dengan kejadian Tsunami Aceh dulu, banyak hal yang membuat kita merenung dan muhasabah akan kasus dihari ini. Dan Bagi saya mengunjungi tempat ini adalah salah satu bentuk refleksi terhadap bencana di Palu, karena duka mereka hari ini adalah kisah kita tempo dulu .