Suguhan kue khas Aceh kala Lebaran

Ada sebuah kebingungan dalam tradisi lebaran di rumah saya. Entah mengapa ibu saya menjadikan kue ini imbarat anak emas yang mana ada banyak jenis kue lain yg lebih mahal atau lebih khas sebagai makanan acehnya . Hal ini membuat saya jadi tidak suka dengan kue ini ketika lebaran dan sebaliknya pada hari-hari biasa saya sangat suka ngemil yg tersisa.. ini bisa dikatakan kue yg tidak pernah absen di toples rumah.. Tapi setengah tidak percaya, rekor pertama seumur hidup ibu saya tidak memesan kue ini untuk lebaran tahun ini!
sumber  pic @dapurmakmir_19

     Namanya kue spet, ini menjadi salah satu ciri khas lebaran di Aceh terutama di rumah saya, kata spet ini diambil dari kata seupet dalam bahasa Aceh yang berarti dijepit karena proses pembuatan kuenya yang mengalami tahap yang demikian. namun dalam referensi lain saya menemukan jikalau kue ini dikenal juga dengan kata kue semprong dan disebutkan juga sebagai makanan khas daerah kalimatan barat, entah bagaiamana muasal jadi ciri khas aceh juga.  Dulunya makanan ini hampir bisa saya jumpai di setiap rumah kala saya kecil,  tapi hari ini makanan ini mulai terlihat pilih-pilih rumah, yaaa bisa dikatakan seperti mulai jarang ditemukan kecuali di rumah-rumah di kampung karena beragam inovasi baru membuat makanan semakin aneh-aneh di dalam toples sekarang seperti permen, coklat roka dan sejenis makanan yang tinggal beli siap. Belum lagi untuk jenis kue ini tidak ada yang dijual dalam bentuk siap, jadi prosesnya juga harus dipesan. Akhirnya ini menjadi tugas saya  untuk mengantar telur tepung ke rumah langganan emak saya. untuk di olah dan tak tanggung pesannya bukan satu toples lebaran tapi satu wadah tempat isi kerupuk yang ukuran sedang yang biasa kalian temukan di resepsi pernikahan. 
    Adapun jenis bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kue ini yaitu, tepung beras, santan kental, gula pasri, bawang merah telur dan garam dan porsinya sesuai jumlah yang ingain dibuat. Adonan ini di campur secara kesuluruhan sebelum berada pada tahap di bakar dan untuk proses pembakaran atau pencetakanya ada 2 cara, cara tradisionalnya yaitu dengan memanfaatkan dua lempeng besi yang bermotif yaitu cetakan yang sudah dituang adonan,  berlanjut dibakar dengan tungku arang dengan memanfaatkan batok kelapa, namun cara ini sudah jarang dan tidak pernah saya temukan  secara langsung lagi sampai sekarang, pembakaran dengan memanfaatkan batok kelapa ini membuat kuenya lebih wangi dan rasa lebih enak, sedangkan cara kedua yaitu cara cepat dengan memanfaakan kompor langsung. 
      Jenis kue ini pun bisa dimodifikasi jadi 3 corak yang berbeda, ada yang berbentuk kipas segitiga, (ini adalah corak seribu umat yang paling di gemari dirumah saya) kedua motif  ada seperti gulungan rokok, dan silinder gulungan yang pernampakannya sangat jarang ditemukan karena penataan di dalam toples yang terlihat susah.  dan sungguh tidak cocok untuk orang yang tidak sabaran seperti saya. 
        Namun seperti yang sudah saya sampaikan di awal tahun ini ibu saya tidak meminta mengantarkan bahan pembuatan kue ini sehingga ini cukup mengejutkan saya sebenarrnya. Bagi ibu saya kue spet ini imbarat daging kalau puasa yang tidak terpisah keberadaannya di dapur tapi kali ini kue udah menghilang dari peredaran dan ternyata alasanya ibu saya ingin coba kue khas ceh versi lain, dan tak tanggung-tanggung kali ini memesan kue khas aceh  2 jenis lagi. sebenarnya ada ke khawatiran tradisi kue bukan karena tidak suka siaap yang tidak suka jikalau makanan untuk ngemil jadi semakin bervariasi, namun masalahnya ialah dinamika mengantar bahan pembuatanya jadi doble, saya harus membawa batok kelapa 3 tepung, telur, gula, wadah plastik 15 L untuk pengisian kue dan itu dobel sehingga tentengan saya melebihi orang jualan kue lebaran malahan. 
 

No comments:

Post a Comment