Gadis pengemis empati

 
                               Maraknya  pengemis empati di kawasan Mesjid Raya Baiturrahman.
                                      
                 
Liburan ke Aceh tentu tidak lengkap tanpa singgah ke Mesjid Raya Baiturrahman Begitulah orang berkata.  Memang, selain berfungsi sebagai tempat sarana ibadah, Mesjid Raya Baiturrahman juga berfungsi sebagai sarana wisata. Dikatakan demikian karena tempat ini mempunyai sejarah yang cukup beharga bagi Rakyat Aceh sendiri, Mesjid Raya Baiturrahman merupakan sebuah simbol religius, keberanian dan nasionalisme rakyat Aceh. Dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda(1607-1636), dan menjadi pusat pendidikan ilmu agama di  Nusantara. Bahkan para pelajar dari Arab, Turki, India, dan Persia juga datang ke Aceh untuk menuntut ilmu agama disana. Dipihak Lain, Mesjid Raya Baiturahman  merupakan markas pertahanan rakyat Aceh ketika masa perang dengan Belanda  (1873-1904) Mesjid ini juga sempat dibakar oleh belanda kala itu ketika perang. tidak berhenti disitu, Mesjid Raya Baiturrahman juga menjadi salah satu saksi bisu kekuasaan Allah pada  tsunami Aceh tahun 2004, karena  diantara banyaknya bangunan yang roboh,Mesiid Raya Baiturrhaman adalah salah satu dari beberapa mesjid yang masih berdiri kokoh kala itu.    

               Hal inilah alasan mesjid ini menjadi salah satu tempat wisata religius bagi para turis. Dan pihak lain kesempatan ini justru dimafaatkan oleh orang lokal itu sendiri untuk mencari sesuap nasi begitulah istilah kerennya. tapi yang cukup memperhatinkan ketika kebenaranya terungkap yaitu , seperti kejadian yang pernah terungkap  ditahun 2004 beberapa orang pengemis yang mempunyai tabungan salah satunya membawa uang sekitar 1,8 juta hingga uang ringgit sebanyak 120 ringit yang merupakan modal nikah hingga membeli mahar.  ya hampir disetiap pintu masuk selalu ada minimal seorang wanita dengan baju lusuhnya duduk lesu dengan tangan mengadah keatas mengemis rasa iba setiap turis, Salah satu dari merek sebutlah Bunga, kala itu terlihat ia sedang tertidur dengan anaknya di teras  belakang Mesjid Raya, terlihat di kepala anaknya tersebut dioleskan obat ungu  dan Luka dikepalanyapu cukup besar, sehingga terlihat kepala bayi tersebut botak dikawasannya lukanya, kakinya penuh luka-luka seperti terkena cacar air tanganya lebam, dengan wajah yang lesu dan dan kurus cukup memprinhatinkan. Lantas  timbul keinginan  untuk bertanya kepada ibunya.
“ Anaknya kenapa bu..? “        
“kemarin jatuh kepeleset.” jawabnya singkat , Bunga yang mulanya tertidur lantas terbangun duduk sembari mengendong balitanya tersebut, bayinya masih berumur 1,6 tahun masih cukup kecil untuk diajak mengemis tapi apa daya, mereka menjadikannya sebagai sasaran rasa iba tersebut, karena bunga terlihat mampu untuk bekerja.
“Aslinya Tinggal dimana ?”    
ia menjawab “ krueng raya. “ . Lokasi yang sangat jauh untuk menjadikan sasaran Mesjid Raya sebagai lokasinya mengemis  setiap hari nya lantas bagaimana ia menempuh jaraknya yang cukup jauh, ternyata ia selalu diantarkan oleh suaminya yang berprofesikan seorang satpam di salah satu rumah sakit ternama didaerah sana.             
“Ibu pulangnya jam berapa ..?” “saya yang mulanya menunggu teman, akhirnya penasaran  dan memulai memperdalam pertanyaan saya.       
“Saya pulang nya sore tunggu suami jemput”         
“Jadi siangnya ibu gak masak dirumah”       
“Enggak, malamnya saya masak kalo siang biasanya tunggu dapat uang disini beli makanya, Cuma hari ini belum dapat uang, jadi belum makan sampai sekarang.” Jawabanya terlihat iba, entahlah ibu ini sedang mengemis empati saya, tapi  kondisi anak tersebut cukup menyedihkan, bagi saya kala itu. tiba–tiba teringat akan rambutan yang saya bawa untuk teman saya,  lantas segera saya menuju parkiran da nemngambilnya, beberapa saya ambil dan berikan untuknya, dan selebihnya saya sisahkan untuk teman –teman saya.  Sembari makan kembali pertanyaan saya munculkan.          
“jadi sehari ibu dapat berapa..”         
“kalo lagi sepi tiga puluh, tapi kalo lagi ramai seperti liburan kemarin sampai 50 sehari tapi tidak tentu juga. “Katanya singkat. Terlihat raut wajahnya lesu. Bisa dipahami mengapa para pengemis cukup ramai disekitaran mesjid Raya Baiturrahman, karena  memang  daerah ini menjadi tempat yang strategis yang tidak pernah sepi dikunjungi orang.        
 

      Namun yang cukup memprihatinkan ialah ketika anak kecil yang dijadikan sasaran untuk atas rasa iba dari para turis. Seharusnya anak dibawah umur tersebut mendapat hak selayaknya anak diluar sana tapi apa daya. kondisi tidak berpihak kepada mereka, saya bahkan pernah menjumpai seorang anak autis sebelumnya, sama kondisi degan balita tersebut, wajahnya lusuh , rambutnya juga terlihat berantakan hingga kakinya yg penuh luka, ia terduduk lesu didepan pintu perpustakaan Mesjid Raya Baiturrahman sembari memainkan recehanya didalam kresek yg dia pegang, mulanya saya hanya bertanya apa perpustakaannya telah dibuka namun jawabanya malah berlari dari topik, dia malah menjawab…
“kakak tingginya berapa, umur kakak berapa?, hingga ia meminta uang kepada saya.  Saya agak binggung , tapi tetap  dengan ramah  menjawab pertanyaannya dan dan terakhir beri rencehan ketika menyadari anak tersebut autis. Lantas ia berkata       
“kakak baik sekali, kakak boleh peluk sekali..?” Saya hanya menganguk sejenak. Sebelum dia memeluk saya.   
               Ada kondisi yang betul diibakan diKawasan Mesjid Raya, dan sebaliknya saya bahkan juga pernah menjumpai pengmis dengan Hp blackberry yang kala itu masih terkenal mewah dan  2013 cukup heboh. Masih banyak kasus lainnya. tapi bagaimanapun kebenarannya, tidak salah bagi kita untuk memberi walau ada segelintir yang mampu, karena bisa jadi yang kita beri adalah salah satu yang betul tidak mampu.jangan sampai karena satu orang yang pernah dijumpai seperti itu maka kita berhenti memberi karena beranggapan semua pengemis kaya. Persoalan dia bohong atau tidak itu urusan ia dengan Tuhan.  kita yang sudah memberi setidaknya sudah melakukan suatu kebaikan,  karena bisa jadi salah seorang yang telaht kita bantu itu memang betul memerlukanny, tidak mesti dalam bentuk uang tapi apapun itu baju yang layak atau makanan. Karena sekalipun mereka mampu bekerja mereka juga punya hak dibantu karena mereka fakir atau miskin. Bantulah dalam bentuk apapun itu selamat itu perihal baik, berilah apapun itu selama itu layak dan berguna.  Dengan memberi tidak membuat kita miskin tapi sebaliknya perihal tersebut bisa membuat kita kaya. “kaya hati dan empaty.”



2 comments: