Thursday, 27 November 2025

Banjir kali ini salahin siapa lagi?

Akankah banjir kali ini salahin konser yang sudah di cancel dan tak tampil lagi? Jujur ini Adalah fenomena unik kala setiap musibah terjadi di Kawasan Aceh. Seakan alam mengazab pada setiap acara atau kejadian yang diprediksi bakal menjadi lahan “maksit”. Namun kali ini mari kita bedah dengan nalar sekuler untuk mencari penyebab lain kenapa kajadian separah ini.
Banjir aceh, sumut, sumbar
Banjir di kawasan Aceh, Kembang tanjong, beureunuen

        Dalam seminggu ini hujan tak jera membasahi bumi Sumatra dan sekitarnya. Rumah di bikin kuyup tanpa sempat kering karena hujan yang berlarut datang tiap hari. Terkhusus di Aceh lampu ikutan mogok sampai jangka waktu 12 jam lebih bahkan mungkin untuk beberapa Kawasan sampai 20 jam karena lokasi yang lebih susah aksesnya. Listrik padam, jaringan hilang, Tiang Listrik runtuh di sapu banjir longsor, jembatan putus, bahkan menara patah semua terjadi beriringan tanpa jeda seakan azab kaum Sodom. Orang kesulitan mengabari atau mencari tahu. Akses terputus! Bukan sekedar untuk contact telpon tapi untuk mengantar bantuan jalur daratpun tak bisa kini ditambah debit hujan yang bikin orang mengungsi ke atap rumah sunggu melarat masih dengan ketinggian banjir di beberapa tepat yang hampir seatap juga. Benar-benar bencana nasional yang saya belum tahu apakah sudah diumukan.

Namun sejujurnya untuk Kawasan aceh dan Sumatra utara yang berada para tepi Kawasan ekstrim memanglah akhir tahun selalu disambut dengan cuaca begini. Hujan dan petir yang bersahutan memang menjadi penutup akhir tahun yang sebernarnya sudah normal namun siap duga sampai banjir longsor separah kali ini bahkan ada 30 korban yang meninggal yang telah ditemukan di Kawasan sumatra. Tentu timbul pertanyaan… kenapa bisa begini.

     Fenomena kali ini sebenarnya Adalah investasi jangka Panjang terhadap apa yang telah kita perbuat pada alam. Hutan yang dibuat mandul akhirnya menjelma menjadi bencana baru. Tidak ada lagi yang menahan air dan akhirnya Banjir longsor terjadi setelah beribu kali peringatan untuk menjaga alam diidahkan. Sepertinya terlihat sulit untuk tidak menebang hutan dan memilih mengubah hutan jadi ladang sawit. Tidak sekedar warga tapi Perusahaan dan para kapitalis yang dengan leluasa berkarya padahal posisi sendiri tinggal diluar daerah dan luar negeri, alam dijarah di keruk sedemikian liar dan brutal tapi Ketika kejadian seperti ini mereka aman dengan posisi diluar negeri. Masyarakat individual pun tak kalah kacau, kala pasang badan membela para pengusaha dengan cara berdemo ke pemerintah Ketika melakukan penebangan emas dengan alat berat. Beberapa yang lain bahkan menjual kawasan hutan lindung secara illegal untuk disulap jadi ladang sawit dan tempat tinggal kemudian berlanjut update video tiktok dengan caption perintis bukan pewaris dengan hastag #tokesawit. dan ternyata itu belupun belum cukup untuk pemerintah pun ada juga yang  membuat gebrakan dengan berniat  Deforestasi, yaitu Pembukaan lahan untuk kebun sawit, pertanian, atau tambangPembangunan jalan dan pemukiman. Akibatnya hutan jadi berkurang, hewan kehilangan habitat, cuaca makin panas, dan risiko banjir meningkat.

 Harus bagaimana kini? Menyalahkan konser lagi atau rakyat atau para pengusaha kapitalis atau bahkan pemerintah sendiri yang merongrong semua alam kita untuk memperkaya diri. Sementara itu gajahpun kini mengungsi diusir sebagai tuan rumah asli yang telah semakin minoritas posisi seperti kisruh keributan di taman nasional ujung tilo. Padahal posisi harimau yang sudah berulang kali keluar dari hutan saja sudah jadi pertanda jikalau habitatnya telah rusak parah, babi yang rantai makanan harimau dimusnakah oleh kita karena di anggap hama,kambing hutan diburu dan sembelih, harimau akhrinya mati dijerat kala keluar kebun dan memangsa ternak warga. Akhirnya hutan lebih leluasa di bedah karena tidak ada predator alami lagi. Pada akhirnya alam sendiri yang ambil sikap, sepertinya memang benar azab tapi bukan konser sebagai kambing hitam.

#Bencanaalam #sumatra #sumbar #aceh #sumut

       

No comments:

Post a Comment