MAULID 100 HARI DI ACEH

Indonesia merupakan sebuah Negara dengan mayoritas penduduknya menganut agama Islam dan terbesar di dunia. Indonesia memiliki tradisi merayakan hari kelahiran nabi Muhammad dengan cara yang khas sesuai dengan daerah mereka masing masing.Pada dasarnya sama sama ingin memuliakan hari kelahiran nabi Muhammad SAW. Beda air beda pula ikannya beda daerah beda pula adat dan budayanya dengan adanya perbedaan tersebut mari kita lihat perbedaan tersebut sebagai suatu keindahan dan keragaman adat budaya yang harus saling kita hormati.     

  Kemeriahan perayaan maulid Nabi di Aceh memang sudah menjadi tradisi. Hal ini bahkan sudah tertulis dalam wasiat Sultan Aceh yang di terbitkan pada 12 Rabiul Awal 913 hijriah atau 23 juli 1507 ,oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Surat wasiat ini ditemukan oleh Tan Sri Sanusi Junid yang kemudian menerjemahkannya. Dalam surat wasiat tersebut salah satu poinnya berisi mengenai maulid Nabi yang dapat menyambung tali silaturrahmi antar gampong di kerajaan Aceh Darussalam. Dalam kutipannya ,"Diwajibkan ke atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan khanduri maulid akan Nabi Muhammad SAW, tiga bulan sepuluh hari waktunya, dan dilanjutkan kutipan lain ganti bergantian makan khanduri maulod.

Perayaan maulid di Aceh di bagi 3 tahap, maulod phon (pertama), maulod tengoh(tengah), maulod akhe (terakhir/ujung). Ini dimulai dari 12 rabiul awal sampai jumadil akhir dalam kalender hijriah. Hal ini dilakukan karena rasa cinta masyarakat Aceh terhadap Rasulullah yang sangat luar biasa ,karena Rasulullah telah membawa kita kejalan yang terang benderang dan kealam yang penuh ilmu pengetahuaan, seperti yang sedang kita rasa kan saat ini. Merayakan maulid menjadi satu hal yang sangat membanggakan bagi raktyat Aceh sendiri bahkan mungkin ada yang rela berhutang demi bisa merayakan hari kelahiran nabi mulia Muhammad SAW

Tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal  di gampong gampong di Aceh akan mengadakan khandri mee buu uee menasah(membwa nasi kesurau).Ini merupakan kanduri kecil yang di masak oleh masyrakaat dirumah nyaa masing masing tidak sampai menyembelih sapi atau kambing hanya bebek atau ayam lauk pauk khas Aceh dan nasi kulah (nasi bungkus) nasi yang dibungkus dengan daun pisang yang sudah di layu (di panaskan dengan api).Hampir sebagian warga pasti akan berkanduri jadi agar tidak mubazir dibagi menurut dusun kenudian di adakan selama dua malam.Nasi yang akan dibawa kemenasah kemudian dimasukkan kedalam tempat yang di sebut idang kaemudian ditutup dengan tutup mirip  tutup kepala orang pergi kesawah dan dihiasi dengan kain dan hiasan khas Aceh.

Selain kuah blangong yang utama ada makanan yang sering ada dalam kanduri maulid adalah makanan khas Aceh di antaranya ada kerupuk muling, kerupuk yang terbuat dari buah melinjo, enkot bung ikan yang berasal dari air tawar yang dimasak dengan jantung pisang, kuah plik adalah kuah yang terbuat dari ampas pembuatan ekstrak minyak kelapa, keumamah atau ikan kayu terbuat dari ikan tongkol yang di jemur sampai kering, kuah asam keeng enkot muloh, makan makan pelengkap seperti telur asin, ayam goreng, udang,sambal goreng ,gado gado,dan makanan khas padang  rendang  yang kini selalu ada  di setiap acara kanduri di Aceh. Tidak lupa pula ada makanan manis yaitu bulukat kuah tuhe,  beras ketan dengan campuran  santan ,nangka dan srikaya.kalau minuman selain kopi sareng yang sangat khas tentunya,kemudian ada  air timun parut karena cocok sebagai penurun tekanan darah tinggi setelah makan kuah belangong

Dalam 100 hari tersebut kemudian ditetapkan  1 hari lagi yaitu untuk melaksanakan maulid besar atau maulid gampong (kampung).Dalam merayakan maulid kampung antar kampung akan membicarakan tanggal kampung kampung tersebut dalam melaksanakan maulid akbar mereka masing masing. Agar tidak terjadi bentrok jadwal antar kampung, karena kampung tetangga akan datang untuk makan bersama. sehingga akan selalu terjalin hubungan baik antar kampung kampung tersebut sehingga akan terhindar dari pertikaian dan akan mudah ketika menjalin kerjasama natinnya dalam berbagai hal.


Ketika merayakan maulid kampung ada hal yang sangat khas dimana lito barao (pengantin baru pria yang menikahi gadis kampung) tersebut akan dianjurkan untuk ber khanduri. Hal ini dilakukan untuk agar si pengantin pria tersebut dapat segera akrab dengan penduduk desa lainnya ketika ia membawa idang ke meunasah ia otomatis akan berbaur bersama masyarakat lainnya dan makan bersama. Dan pihak si perempuan akan sangat antusias dalam berkhanduri agar menantunya dapat dikenal masyarakat kampung. Idang linto biasanya menjadi rebutan banyak orang karena merupakan idang dengan isi yang paling lengkap lauk pauknya dan bahkan akan ada unsur daerah asalnya berupa makanan khas asalnya. 

        #aceh #budayaaceh #maulidnabi #tradisi #maulid #budaya

 


No comments:

Post a Comment