Sembari mengisi kekosongan waktu di musim libur akhirnya saya memadatkan diri dengan segudang aktifitas yang mana membantu saya lebih membuka diri terhadap orang lain (maksutnya bukan aslinya tertutup tapi lebih bermaksut menambah jaringan koneksi pertemanan :D )hingga penggalaman. Nah salah satunya penanaman mangrove, yang berlokasi di gempong Alue naga pada jam 4:15 mulanya jam 8 pagi Cuma karena faktor kondisi dicancel dan dipindahkan sorenya jam 4:15. Ya sekalian jalan jalan kali yak. ;v
Sebelum bercerita panjang lebar tentang pengalaman baru saya ini, alangkah baiknya jikalau kita bisa mendeskripsikan dulu makna dari mangrove itu. Soalnya ketika saya ajak teman dan teman tanya apa itu hutan mangrove saya sendiri rada pusing jelasin dan akhirnya bilang “hutan bakau yang dekat pantai itu… itu yang kita tanam “well to the point tapi intinya dia dapat.
Nah untuk lebih jelasnya mangrove itu ialah tanaman hingga pepohonan yang hidup diantara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Umumnya habitan mangrove ditemukan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan hingga gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam aau payau (Murdiayanto, 2003).
Setelah mengetahui gambaran mangrove maka mari simak mafaat hutan mangrove sendiri, Hutan Mangrove sendiRi mempunyai banyak mafaat, antara lain
1.
Menstabilkan
Pantai,
2.
Menumbuhkan
pulau
3.
Pemasok
larva ikan dan udang
4.
Penahan
lumpur
5.
Peredam
badai hingga gelombang besarAdapun parstispasinya juga cukup baik, baik kalangan emak emak dari daerah asli sana hingga adek adek yang umur dibawah 10 tahun, umumnya para pemuda tapi nenek nenek pun tak mau kalah. dan pastinya tak lupa saya mengabadikan momentum ini ya selain bermain lumpur. Oya kala itu saya telat karena saya dapat seorang navigator yang kampret, dia kasih alamat yang salah. sudah nyasar dua kali hingga minyak mulai sakratul maut akhirnya kembali ke pusat kota untuk cari bensin dan akhirnya nanya ketukang bensin, “owalah salah bilang tu dek kata mpok penjual bensin kala itu mungkin dia orang baru”. Sambungnya saya pun menganguk mengiakan dan setelah sadar jalan yang betul dengan mudah kami menemukan akhirnya pernyesalan terlontar karena bertemu navigator kampret yang sok tahu.
kala itu kami pulang dengan berlumuran lumpur di rok dan celana, like a petani pulang bertani lah, dan jarak kami tempuh lebih 30 km lagi. Dan hebatnya lagi saya mendapat 3 tusukan yang lumayan, berdarah jadi bersyukur kenak lintah aja yang dulu deh haha , soalnya efek dua hari kemudian waktu jalan jadi pincang wudhu kenak air pun susah padahal sudah ada anak (senin, 10 juli 2017 bertepatan di Alue naga.)
No comments:
Post a Comment