Siapa yang tidak tahu Leuser.. sebuah Kawasan konservasi yang menjadi salah
satu gunung dengan rute terpanjang di Indonesia bahkan dalam referensi lain se-Asia tenggara. Tentu banyak yang tahu walau
sebatas nama, karena menariknya tempat ini cukup popular bagi para pendaki
senior dengan rute yang bisa menghabiskan waktu 7-8 hari di pedakian plus masih
ramah dilewati si nenek baca “harimau” tentunya hal ini menjadi primadona yang
sulit di taklukan. Siapa yang tidak tertarik untuk mencari tahu tentang wahana
ekstrim ini coba?
![]() |
Pintu masuk utamanya.. |
Saya tidak
menyangka, sebuah formulir online yang saya kerjakan di deadline membuat saya
akhirnya sampai ke pintu masuk Kawasan Leuser Aceh, di kedah dengan cara gratissss etss tapi
jangan berkhayal saya melakukan pendakian dengan posisi tubuh yang rapuh tanpa
pengalaman mendaki gunung hehe. Saya mentok punya cerita mendaki bukit saja
itupun besoknya saya sudah kesulitan waktu shalat rukuk, mana mungkin bisa mendaki
Leuser. Sekalipun dibayar gratis saya pesimis melewati jalan setapak dengan jarak 51 km itu.
Tapi syukurnya saya bisa mampir ke pintu masuk leuser sekaligus bertanya,
mengorek info perihal gunung leuser ini langsung dari juru kuncinya serta
anak-anak beliau yang kini menggatikan bapaknya setelah dilanda stroke. Banyak
cerita yang ingin saya bagikan terutama tempatnya yang begitu asri dan jernih
masih airnya.
Perjalanan kesini benar-benar sebuah kejutan, saya memulai perjalanan dengan sebuah bus yang berlanjut berganti menjadi sebuah motor gunung, jujur saja terlihat seram karena ini perdana saya menaiki motor itu dengan posisi rute naik turun tanjakan ditambah tanpa pegaman, kalian pahamkan bentuk motor gunung tanpa pengaman di belakang, itu yang saya alami. Tapi syukurnya tempat tersebut terhitung dekat kurang lebih lima menit dengan berkedaraan jadinya saya cukup lega.
Rainforest Lodges Kedah
Kami disambut
dengan tulisan “Welcome to gunung leuser nationar park area“ tulisan tersebut
di cat kuning dengan kombinasi papan berwarna coklat, Tepat disampingnya juga
tertulis nominal 5000 perkunjungan dibawahnya lagi tertulis kata GAYO LUES “MUSARA”
yang menunjukan tempat namun saya tidak tahu makna kata musara tersebut. Alih-alih bertanya itu saya mencoba mengorek
informasi perihal budget pendakian yang ternyata seperti liburan ke Malaysia selama
seminggu kisaran 5 jutaan itupun peregu. Mahal untuk saya tapi murah untuk pedaki karena targetnya rata-rata
para peneliti atau turis luar negeri. Seperti cerita awal, kalaupun ada uang
saya tetap pesimis untuk bisa mendaki kesini hihi.
Akhirnya
saya masuk dengan mata yang rakus melihat kesetiap sudut. Tempat ini terawat bersih dengan suara air
yang membuat suasana semakin hidup, Tak lupa kamera saya Kembali aktif dengan
beragam mode potret dan beberapa video sembari menunggu semua berkumpul, saya
mencoba ekplore tempat ini duluan sebelum berkumpul untuk agenda bercocok tanamnya.
Ya agenda kami kesini ialah untuk menghijaukan tempat yang masih sering dikunjungi beruang ini.
![]() |
Risti selaku
teman sekamar saya bahkan sudah selesai buat vlog. Sebagai orang yang sangat
introvert ia benar-benar merdeka dari orang lain. Dia benar melakukan semua
sendirian tanpa kasus “tolong videoin bentar”. Saya menyadari kini ia sedang bersantai di
ayunan yang berada di ujung pembatas. Ada banyak spot untuk photo mulai dari
tenda camp ayunan hingga rumah pohon yang bisa di naikin untuk melihat semua
penampakan dari atas. Saya mencoba membidik sebanyak- banyaknya ke objek lain (karena kalau motret sendiri banyak yang zonk hikshiks ) sampai saya kembali
bertemu Dhea teman lain yang sedang berpose sebungkuk-bungkuknya untuk
mengambil gambar sarang laba-labar yang berada diantar jembatan pohon alami, sangat effort sekali pemirsa... setiap sudut punya hal menarik untuk di dokumetasikan baik dirinya atau objek lain. Orang
ini benar-benar membuat saya salut, saya jadi segan mau minta bantu video atau
saran karena saya paling bloon untuk berpose, tapi karena mereka tidak minta bantuan ke saya jadinya saya paksa seala kadarnya jadi independent juga akhirnya.
Tiba-tiba kami
disuruh berkumpul, dan inilah moment saya menyebrangi sungai untuk ke agenda utama
berupa tanam-menanam. Setiap orang bergerak membawa bibit pohon menyebrangi Sungai
dengan arus yang lumayan, kami berjalan pada jembatan yang lagi-lagi terbuat
dari pohon. Tempatnya seperti ke kebun
tapi dengan penampakan yang belum tentu sama dengan kebun belakang rumah saya.
Kami menemukan banyak tanaman baru yang di dominasi pokok kopi di penglihatan kami, beragam binatang hingga
jamur asing pun menjadi penampakan yang pantang untuk tidak di dokumentasikan. Tentu ini menambah khasanah tempat ini. Hingga
akhirnya agenda tanam-tanam nya berhasil berjalan lancar.
![]() |
sumber instagram @perempuanleuser |
Kembali ke seberang setelah melewati jembatan dari pohon yang sama, kami menyantap ubi hangat ditemani segelas air dingin yang berasal langsung dari sumbernya. Sebersih dan sejernih itu airnya jadi kami merasa aman, sampai-sampai air di sungai ini pernah di tawarkan untuk di komersikan. Siapa sangka minum air ini lebih segar dari air kemasan yang saya beli dan menariknya lagi ialah saya bisa minum air ini langsung dari tanah leusernya kini. Kamipun juga sempat bercengkarama dengan anak mr jali yang kini mengelola tempat ini banyak hal menarik perihal turis hingga selebgram yang sudah melangkah sampai kesini baik untuk mendaki atau sekedar mencoba menikmati hawa leuser dengan cara yang lebih aman. Tentu cukup membuat betah mendengar pengalaman menarik orang-orang keren bahkan ada pendaki belia juga yang sudah berhasil menaklukan Leuser benar-benar banyak kejutan mendengar cerita tersebut hingga tiba-tiba kami suruh kumpul…
Kami kembali berkumpul
dengan kondisi untuk dokumentasi bersama, sebuah baliho sudah tersedia yang menjadi saksi
dokumentasi hari itu. Tak lupa video short umum meramaikan bahan konten,
hingga tiba-tiba pengumuman persiapan untuk pulang tersisa 5 menit lagi jadi yang ingin
lanjut photo diberi waktu 5 menit sebelum
balik. Tentunya moment itu membuat kami tiba-tiba jadi krasa krusuk lagi
seperti pagi Hari Raya. Tiba-tiba semua berpose lagi dengan kamera beberapa
bahkan kini mulai minta tolong bahu-membahu medokumentasikan kameranya, akhirnya
moment inilah saya beranikan diri untuk minta tolong posisi risti yang sedang
melirik hp seperti kenyang dokumentasi, hal ini membuat saya melirik dia sebagai
penyelamat konten saya, (Selain karena gk lagi cekrek juga faktor photo Instagram
dia yang paling kece bahkan dengan pose candid) Saya akhirnya memberanikan
diri untuk minta di photoin di sebuan baliho mini yang menunjukan rute leuser
berlagak seakan akan melakukan pendakian wkwk, tapi seperti cerita awal, saya
tidak pintar dalam berpose. Akhirnya saya minta bantuan ke risty, dan benar
sekali dua photo saja sudah cukup
karena memang tangannya tidak gagal untuk mengarahkan. Akhirnya saya
mendapatkan satu photo untuk Ganti pp baru hoho ( karena photo pertama mata ketutup). Tapi ternyata hal ini juga
membuat risty juga tertarik, kali ini ia meminta bantuan saya untuk mengambil
gambarnya dan berbeda dengan saya sekalipun
ia masuk dalam kategori candid namun saya tidak tercipta dengan kemampuan yang
pintar mengambil gambar, hal ini membuat saya harus mengambil gambar berulang kali karena ia tidak puas dengan hasil potret saya
yang dibawah standar wkwkw. Dalam hati saya berguman demi membayar satu photo
bagus dari tangannya.. kini saya harus memotret
belasan photo sesuai keinginannya. Kalau kata orang ”Tidak ada makan siang
gratis yakk”
#leuser #rainforest #rainforestlodges #kedah #gayo #gunungleuser #wisataalami
No comments:
Post a Comment