Ternyata hobi tidurmu bisa jadi gangguan kesehatan mental

Umumnya, kita tahu sekiranya seseorang yang kurang tidur disebabkan karena kecemasan, atau beberapa kasus karena kerja keras sehingga membatasi waktu istirahatnya, namun bagaimana sekiranya kebalikan? Seseorang yang hobi tidur, bahkan sampai sering dicap pemalas, stss hati-hati karena bisa jadi Ternyata hobi tidurmu gangguan kesehatan mental lho.


Kualitas tidur nyatanya mempunyai pengaruh besar untuk setiap orang, entah kurang atau pun kenyang tidur, keduanya memberikan dampak yang berbeda bagi kesehatan dalam beragam kasus. salah satu kasusnya ialah kekenyangan tidur yang bahkan membuat seseorang terlihat seperti "pemalas".

Post Power Syndrom adalah sebuah gejala yang umumnya menyerang orang yang berada dalam kondisi kebingungan, putus asa dan bahkan mengindap kekhawatiran yang berlebihan yang membuatnya menghabiskan waktu lebih banyak untuk tiduran. Orang yang mengidap post power syndrom sangat jarang disadari bagi sekelompok orang, biasanya mereka berakhir dicap pemalas. Kasus ini bisa saya lihat setelah saya perhatikan langsung dimana seorang teman menghakimi temannya dengan mengatakan dia malas karena tidak bekerja, padahal satu sisi saya yakin kalau dia sudah setengah mati mencoba apply kesana sini. Terkhusus dia orang yang  punya segudang aktifitas di kampus dulu, sehingga hal ini yang dikhawatirkan membuat dia “culture shock” terhadap masa-masa berburu kerjanya yang ternyata sangat berbeda dengan ekspektasinya. Contoh kasus lain, dimana seorang pensiunan yang dulunya sangat aktif bereksperimen pada banyak hal, mulai resep baru, berkebun, berbagai usaha, ikan, ternak, rental kaset, namun herannya setelah pensiun malah minat terhadap eksperimen usahanya ikutan lenyap. Hal ini bisa disebabkan juga karena faktor finansial yang tiba-tiba berubah selain lingkungan yang sudah tidak sama.. 

Kata Power sendiri pada kasus ini bisa dikatakan sebagai kekuatan, kekuasaan yang dimiliki yang tiba-tiba hilang. Baik itu berstatus pensiun, PHK atau kasus yang pengangguran setelah masa gemilangnya di dunia kampus. Bisa dikatakan jikalau post power syndrome itu muncul setelah menurunnya “harga diri” dikarenakan kebiasaan yang berlawanan kini dari habits sebelumnya. Dan hal ini bisa berdampak kepada keluarga lainya. Kasus ini tidak menimpa semua orang namun yang dikhawatirkan ialah tidak ada yang sadar ketika syndrome ini menimpa seseorang. Kebanyakan menganggap remeh dan malah melabelinya pemalas. Padahal selain berefek ke mental syndrome ini juga berefek ke fisik, yang mengakibatkan lebih mudah terserang berbagai penyakit.  


Adapun Gejalanya ialah  

  1. Fisik

lebih lemah tidak gesit hingga, sering sakit-sakitan seperti batuk flu dan yang pastinya jadi kaum rebahan 

  1. Emosi, menjadi labil mudah tersinggung dengan hal yang sepele jadi pemurung 

Dan merasa setiap perbuatan hingga ucapannya tidak dihargai, mereka juga akan menjadi kesulitan untuk mendengarkan nasihat orang lain

  1. Perilaku, berubah sepertinya jadi pendiam, gelisah terhadap masa depannya nanti dan susah diajak beraktivitas. 


Cara mengatasinya

Umumnya post power syndrome paling ramai di temukan pada para pensiun atau orang tua yang semula mengalami kegemilangan ketika mempunyai jabatan namun tidak semua kasus sama. Untuk kasus pensiun hobi baru saja tidak cukup beberapa merasa kesepian karena kehilangan banyak interaksi dari yang sebelum banyak teman atau relasi, sehingga support dari keluarga sangat berarti. Kasus lain seperti PHK, mereka juga butuh cara yang berbeda dalam mengatasinya seperti mencoba ide usaha baru, atau mengembangkan hobi dan pengalaman skill yang dimilikinya sehingga bisa membantu aktivitas untuk pekerjaan baru sekaligus menghilangkan kejenuhan dari rasa ketidakberdayaan setelah di PHK. point pentingnya ialah buat mereka tetap berguna sehingga tidak merasa harga dirinya hilang setelah perubahan aktivitas drastis yang dialaminya. entah status suami ketika di phk, orang tua ketika pensiun atau para pengangguran buat mereka tetap berharga dan berdaya.


Saya yakin diantara kita pasti pernah bertemu mereka yang mengalami post power syndrome tapi tidak menyadari yang dialaminya kala itu adalah sebuah gejala permasalahan kesehatan mental. Namun setelah membaca ini semoga kita bisa lebih bijak untuk berprasangka. Karena setelah melihat kasus secara langsung saya merasa memang perkataan malas tersebut waktu itu sungguh membuat sakit hati karena tidak tahu kondisi asli. Mana merasa dipermalukan gak sih jadinya, padahal kita tahu betapa giatnya dia di kampus dulu.

#mentalhealth #postpowerdsyndrome #kesehatanmental #mentailness #psikolog #psikiator #sleeping

 







12 comments:

  1. Aku sekeluarga sempet kuatir pas papa pensiun dari kerjaannya mba. Soalnya tau banget beliau itu ga bisa hanya diem aja. Untungnya pas pensiun dari oil company di Lhokseumawe, perusahaan oil company di Papua manggil papa utk jadi staff ahli di sana. Berhubung waktu itu masih 56ngsunh papa ambil kesempatannya. Beberapa tahun di Papua, baru deh pas bener2 pensiun buka bakery shop di Medan yg ternyata berkembang.

    Bukti kalo memang papa itu ga bisa kalo hanya di rumah. Hrs ada kegiatan biar ga stress Krn post power syndrome.

    Ini harus aku pertimbangan juga kalo ntr suami pensiun.biar ttp ada kegiatan

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama banget mbak, bapak saya juga orangnya aktif gak bisa diem sekarang sudah pensiun bingung banget ngapain sempat coba jual makanan tapi gk cocok, coba kegiatan berkebun gk mendukung kondisi lagi skrg, mana 3 bulan lagi ibu saya ikutan pensiun, dan beliau lebih gesit dari bapak kalau beraktifitas jadi kepikiran sekarang.

      Delete
  2. Makanya sebelum pensiun dulu, papaku mendirikan bakery mba, untuk bekalnya setelah pensiun. Dan ternyata Alhamdulillah sukses dan berkembang, jadi setelah pensiun, papa yg biasa kerja dan megang team, tetep ga terlalu berubah kegiatannya.

    Soalnya dia tipe yg ga bisa diem doang. Bisa stress. Jadi waktu papa mau mendirikan bakery, walo sbnrnya ragu, tapi kami dukung.

    ReplyDelete
  3. Mama saya pernah kena, duh stres banget kalau di sampingnya. Sampai sekarang sih kadang masih bikin bete sikapnya.
    Tapi, reaksi saya mulai beda setelah tahu tentang post power syndrome.

    ReplyDelete
  4. Wah iya ya, post power syndrome saat pensiun memang harus bijak diatasi y
    Bisa mencari kegiatan produktif lainnya

    ReplyDelete
  5. Yang paling penting, support dari keluarga pada mereka yang post power syndrome. Karena di fase awal2 itu pasti berat banget. Yang biasanya, ketemu rekan kerja trus kerja bareng, tiba-tiba harus di rumah aja. Pasti akan merasa ada yang beda

    ReplyDelete
  6. Terimakasih ulasannya kak. Jadi lebih paham kalau tidur bisa jadi salah satu tanda ttg kesehatan mental.
    Ttg post power syndrome sebaiknya apa yang dilakukan sebelum orang tsb pensiun? Perencanaan seperti apa yang efektif ya. Thanks kak

    ReplyDelete
  7. Ternyata post power syndrome itu complicated juga ya, dan faktanya memang berpengaruh besar terhadap kesehatan. yang pasti support lingkungan dan mindset harus selalu dijaga

    ReplyDelete
  8. Bertambahnya jam tidur karena sedang burnout mungkin juga bisa, ya. Ketjka berada dalam kondisi sudah lelah oleh apa yang selama ini dikerjakan, sampai-sampai nggak punya semangat lagi untuk mengerjakan hal-hal yang padahal pernah disukai, dan memilih untuk tidur sebagai jalan menghindari melakukan hal itu.

    ReplyDelete
  9. Masa pensiun memang bisa menjadi masa masa yang ditunggu ya kak. Tapi bagi sebagian orang, terlebih jika dulu ia memiliki jabatan di kantor, pensiun bukan hal yang mudah. Asa kebiasaan yang harus disesuaikan kembali. Untungnya banyak perusahaan sudah mengedukasi pekerjanya yang hendak pensiun dengan workshop wirausaha, berkebun dan lain lain.

    ReplyDelete