Belajar bersyukur dari Hari Disabiltas International

          Masih mengenang sebuah pengalaman yang memupuk sebuah pencerahan terhadap pandangan hidup saya. Ya bisa diberi judul seperti “Belajar bersyukur untuk titipan yang terpilih.” Hal ini karena tidak semua orang bisa mendapatkannya. Katakanlah demikian. karena diantara 2 milyar penduduk Bumi. terlalu jauh.  diantara jutaan penduduk indonesia, ada 12% penduduk yang mengindap Disabiltas. Saya lupa sacara pasti berapa orang penduduk indonesia, tapi menurut info yang saya baca, 12% dari penduduk indonesia menyandang disabiltas.  Yang mana dalam jumlah diperkirakan  mencapai 9 juta orang. Sungguh Jumlah yang tidak terduga.


                Dan tentunya kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk saya. selain bisa belajar banyak tentang mereka, mulai dari tahu kehidupan dunia para autis yang “berbeda”, hingga tahu bahasa isyarat sedikit, Dan tentunya juga bisa belajar bagaimana bersyukur dari  keterbatasan mereka yang cukup tangguh menyikapi segala hal, hingga orang tuanya. Saat itu saya mempersiapkan acara ini cukup lama, yaitu beberapa bulan, ya ini adalah acara yang cukup besar untuk memperingati hari disabilitas international, yang mana diselenggerakan berbagai acara mulai dari jalan santai, seminar, hingga workshop yang berbeda hari. Di Hari pertama kami menyelenggarakan jalan santai yang dilanjutkan dengan berbagai kegiatan menarik untuk menunjuk bakat anak hingga suport untuk anak disability.
     

                Ini adalah photo kala jalan santai berlangsung saya masih sangat mengingat bagaimana antusias orang tua mengajak anaknya jalan. Dibuka oleh kodim dan berlanjut dengan drumband yang mengiri langkah kaki kami penuju putro phang, perjalanan memang cukup jauh sehingga beberapa orang tua akhirnya berinisiatif mengendong anaknya , dan beberapa kejadian lucu terjadi, yang membuat saya wajib mengdokumentasikannya.

                Sesampai disana  banyak hal yang cukup menarik saya, karena ada juga komunitas lain yang bergabung, jadi cukup menarik minat saya untuk mencari tahu tentang mereka. Saya yang kala itu bertugas sebagai panitia sebenarnya juga harus tampil membimbing anak yang diamanahkan kesaya, tapi anak tersebut tidak datang, alhasil saya memilih menjadi perekam ketika kegiatan diatas panggung tiba.
 
            Dan banyak hal menarik terekam, moment dimana orang tua yang  terlihat bahagia ketika mengendong anaknya dengan kompak, dan ketika anaknya maju kedepan membaca doa, yang mungkin kita belum tentu ingat atau lupa sekilas Doa tersebut, baik doa masuk Wc, masuk mesjid, sampai berjermin. Saya juga ingat sekal ketika seorang anak menawarkan diri bernyanyi. Dan cukup mengerankan ketika ia menyanyikan lagu inggris dengan aksen yang cukup baik dan memukau untuk anak usia 8 tahun dengan keterbatasan nya yaitu autis.   Kala itu saya sempat merekam sebelum terhapus tanpa sadar karena ketukar video -_-.


                Dan yang menarik juga bagi saya ialah, ketika beberapa anak autis memeluk temannya, dan melarang orang lain mendekati temannya yang sesama autis, ia juga memberikan hadiah nya kepada temannya bukan orang tua, atau para pengajar yang membantunya, memang betul hanya sesama mereka yang paham tentang keinginan mereka. Saya juga melihat dimana sepasa suami istri yang ketawa disaat anaknya yang hiperaktif tidak mau jalan, ingin digendong dengan merengek, karena kala itu (jalan santai)  
                Dari sini juga saya belajar, bagaimana diantara keterbatasan mereka, mereka mampu mendokrak kelebihan mereka. Seperti contoh ketika kalian buta maka kelenihan kalian terletak pada pendengaran kalian dan kalian bisa memanfaatkannya lebih dari orang normal tanpa sadar, karena itulah fokus kalian. Dilain pihak kita juga bisa melihat Rasa syukur diantar keterpetasan kepada setipa orang tua yang menerima amanah ini, kala kita menyalahkan amanah dengan menyakiti fisik, mereka bahkan ingin layaknya kita, atau terkadang kita yang diberi fisik yang lengkap enggan mengunakannya untuk bersujud beryukur tapi malah menyalahgunakanya, contoh lain kalah kalian punya kaki tapi enggan bagi laki laki mengerjakan shalat dimesjid bukan kah sebuah renungan untuk kita sebenarnya...? 

No comments:

Post a Comment